Merinding
adalah salah satu kata yang mau gue ungkapin saat gue bisa berada di
backstage bareng musisi idola gue. Salah satu cerita seru
#KonserTerbaikGue ini terjadi saat gue nonton konser band Nidji di
Score Citos (Cilandak Town Square). Cita-cita terbesar gue
adalah menjadi musisi yang sukses dan terkenal seperti Nidji,
kesuksesan mereka di blantika musik Indonesia menjadi motivasi gue
untuk sukses juga di dunia musik.
Sumber foto : google
Pengalaman menonton konser Nidji yang tak terlupakan ini sebenarnya sudah lama terpendam dalam otak gue, dan ternyata saat gue liat timeline di twitter salah satu majalah musik terbesar di Indonesia yaitu Rolling Stone Indonesia sedang mengadakan kompetisi menulis dengan tema "Konser Musik".
Sebagai musisi gagal yang akhirnya banting stir menjadi seorang penulis, gue merasa harus ikutan kompetisi menulis ini. Buat yang mau ikutan juga silahkan cek link ini ya guys --> Info Kontes Menulis
Writing Competition Rolling Stone Indonesia
Cerita itu berawal dari sini. Perjuangan
untuk mewujudkan impian itu di mulai pada tahun 2002 silam, saat itu gue
membentuk band dengan seluruh personil yang menetap di kota Bandung dan cuma gue
yang berdomisili di Jakarta. Akhirnya setiap weekend gue berjibaku
bolak balik Jakarta-Bandung untuk bareng-bareng latihan di studio, akustikan
sambil mencoba menciptakan beberapa buah karya lagu ciptaan sendiri.
Banyak pengalaman yang tak terlupakan selama gue bolak balik Jakarta-Bandung, gue tinggal di tempat kostnya
gitaris band gue di kamar kost yang berukuran 3x2 meter itu menjadi
tempat yang nyaman untuk gue menumpang makan, tidur, dan mandi. Di
kamar yang berisi kasur, computer, gitar beserta sound ala kadarnya
itulah kita berlima berkumpul berakustik ria, meting sekaligus bikin
lagu sendiri.
Selama di Bandung, band
gue sering latihan di Graha studio di daerah Tubagus dan di studio
itu juga Peterpan sering latihan, karena udah sering latihan gue pun
mulai mencari event untuk band gue manggung sekaligus sebagai langkah
awal kita untuk mewujudkan mimpi.
Pertama
kalinya band gue bikin demo lagu di Bandung bertempat di Kana Musik studionya
Naff Band. Biaya untuk recording lagu itu kita ngumpulin dari duit
masing-masing dan untuk biaya patungan itu gue ambil dari celengan
yang gue punya isinya uang logam 500 rupiah.
Sebelum recording
celengan itu gue bawa ke Bandung, saat gue buka dan ternyata total duit
yang ada di celengan itu 250 ribu akhirnya duit itu gue pergunakan
sebagai biaya patungan recording dan biaya hidup selama gue recording di
Bandung.
Setelah
kita berhasil membuat demo akhirnya gue pulang ke Jakarta berjuang
sendirian menawarkan demo band gue ke semua perusahaan rekaman yang ada di
Jakarta. Mulai dari jalan kaki, kepanasan, keujanan, naek turun Bis semua
udah gue lakukan untuk wujudkan impian gue supaya bisa sukses di dunia musik.
Di
Bandung temen-temen gue juga tidak tinggal diam berpangku tangan, mereka juga berusaha untuk mengirim demo lagu band kita
ke beberapa radio di Bandung. Alhamdullilah lagu band gue menjadi playlist di beberapa Radio swasta terkenal yang ada di Bandung, dan
salah satu lagu band gue yang berjudul "Hanya Sebatas Teman” ciptaan gitaris gue pernah juga
menjadi jawara selama 1 bulan di acara musik band indie di salah satu
radio swasta terkenal di Palembang.
Selain sibuk kuliah kegiatan gue di Jakarta adalah kerja sebagai SPB (Sales Promotion Boy) di toko sepatu yang terkenal di
mall-mall Ibukota. Gue punya cara tersendiri untuk promosikan
lagu-lagu band gue, di tempat kerja gue itu terkadang banyak artis
dan musisi yang beli sepatu. Moment itu gue gunakan sebagai promosi
demo lagu band gue, setelah mereka berbelanja sepatu, biasanya gue langsung memberikan sample CD demo band ke mereka.
Salah satu artis yang pernah dateng ke toko gue adalah Dian Satrowardoyo. Sebagai fans garis keras gue gak mau melewatkan moment itu untuk sekedar minta foto bareng dengan salah satu artis Indonesia idola gue.
With Diandra Paramitha Sastrowardoyo
Di pertengahan tahun 2009, tepatnya di
Senayan City, sebuah mall besar di selatan Jakarta, siang itu toko gue kedatangan salah satu musisi terkenal yang sedang naik daun yaitu Andro
Basistnya Nidji yang sedang belanja sepatu di toko gue, dengan cekatan gue
langsung mendekati, menyapa dan mulai melayani dia.
“Mas basistnya band Nidji yah..??” kata gue sok akrab.
“Iya… kok tau…??” Jawab dia ramah.
“Iya mas, kan saya sering ngeliat di tivi” kata gue sambil nyengir di depan kasir.
Andro Nidji (sumber foto : google)
Tanpa malu-malu langsung aja gue cerita ke dia gue kalo punya band dan mau menitipkan demo band gue ke dia supaya bisa membawa demo band gue ke label rekaman dia yang berlambang Monas itu.
Sebelum pulang dia kasi gue no hapenya di secarik kertas.
“Kalo
mau kasi demo band lo, langsung aja sms ke no ini ya”. Kata dia
sebelum beranjak pergi dari toko gue.
Beberapa
bulan setelah ketemuan gue coba kirim sms ke nomor hape dia untuk
bikin janji kapan kira-kira waktu yang tepat supaya gue bisa ketemuan
sama dia dan menitipkan demo band gue.
Gue coba memberanikan diri untuk sms dia
“Bos,
ini gue Rezy yang waktu itu mau nitip demo band gue, kapan kita bisa
ketemuan, thanks”
Begitu
sms itu terkirim, gue deg-degan nunggu balesan sms dari dia rasanya
sama kaya mau ngajak gebetan buat nonton. Gak lama ada sms masuk
balesan dari dia.
“Iya
bro, ntar aja ya, jangan sekarang gue lagi manggung sama Nidji di
Makassar” Jawab dia singkat.
Dibales kaya gitu gue jadi ragu kira-kira bisa apa gak gue nitip demo band ke dia karena jadwal manggung promo dia sama Nidji lagi padat banget dan saat itu Nidji baru aja mengeluarkan album pertama.
Seminggu
kemudian gue coba sms dia lagi, dia bales sms katanya lagi di
Gorontalo karena penasaran gue coba sms lagi tapi lagi-lagi saat itu
dia lagi di luar kota katanya dia lagi promo album di Surabaya.
Dan
akhirnya kesabaran gue berbuah manis, beberapa bulan kemudian tiba-tiba dia sms gue dan kasi
kabar ke gue kalo Nidji mau manggung di Citos Jakarta dan dia mengajak
gue untuk ketemuan di sana. Gue seneng banget saat menerima balesan sms
dari dia akhirnya gue siapin demo band gue beserta profilnya, sebelum
berangkat gue kasi kabar ke temen-temen gue di Bandung sekalian minta
doa restu dari mereka.
Sore
itu ditemani hujan deras dan doa plus support dari personil band gue di Bandung, gue
berangkat sendirian ke Cilandak naek mikrolet M19 dari pasar Kranji
dan menyambung angkot lain menuju ke sebuah Mall yang terkenal di
daerah Cilandak namanya Cilandak Town Square.
Sumber foto : google
Sampai
di sana ternyata acara belum dimulai dan gue coba untuk sms dia
berkali-kali, gue sms dia berkali-kali juga gak pernah ada balesan
dari dia, gue mulai panik, keringet dingin, dan gue gak mau
perjuangan gue kali ini gagal.
Setelah
hampir satu jam lebih menunggu tanpa kepastian tiba-tiba dia sms gue
dan mengabarkan sebentar lagi sampe ke venue. Hmm… finally jadi
juga gue ketemuan sama dia. Gak lama dia sms gue ngajak ke backstage
dan masuk ke dalam venue bareng personil Nidji yang lain.
Malam itu
gue merasa sebagai penonton yang paling beruntung karena bisa nonton konsernya Nidji tepat di depan
panggung. Sesaat sebelum konser dimulai entah kenapa tiba-tiba lidah gue kelu, mata gue tidak
berkedip, berdiri tepat di depan panggung konser salah satu band
idola gue sukses bikin gue merinding hebat, kaki langsung gemetar,
mungkin saat itu gue merasa takjub karena bisa menonton dari dekat
konser musik salah satu musisi idola gue.
Lagu
pertama dibuka dengan Breakthru musik yang upbeat ditambah
aksi sang vokalis Giring yang bergerak maju ke bibir panggung
mendekati penonton sukses membuat gelombang riuh teriakan histeris
para Nidjiholic.
Next
song para Nidjiholic kembali dihajar dengan lagu kedua yang berjudul
Heaven, seolah-olah kita diajak menari indah menuju
surga. Musik yang easy listening dan lirik yang mudah dihapal masih
terngiang di kepala gue sampai saat ini walau sudah belasan tahun
moment itu berlalu.
Untuk
menghangatkan suasana, di lagu selanjutnya Giring duduk manis di depan
piano kemudian memulai intro lagu Manusia Sempurna dan para
Nidjiholic pun ikut larut dalam iringan musik yang dibawakan oleh musisi
idola mereka.
Setelah
memainkan beberapa buah lagu andalan di album pertamanya, sebagai
lagu penutup Disco Lazy Time sukses mengajak para Nidjiholic
untuk berdisko berjamaah di dalam Score Citos Cilandak. Gue pun gak
mau ketinggalan untuk ikutan loncat-loncat di depan panggung
mengikuti beat musik yang menjadi salah satu lagu terbaik dari Nidji
yang sukses membawa nama mereka menjadi band pendatang baru yang
patut diperhitungkan di blantika musik Indonesia.
Sayang sekali gue gak bisa mengabadikan moment-moment indah saat konser malam itu, karena handphone gue saat itu hanya nokia jadul yang cuma bisa digunakan untuk nelpon sama smsan.
Selesai
konser gue langsung menuju pintu yang menghubungkan ke ruangan artis,
gue menunggu di dekat dapur sambil memegang erat amplop coklat berisi
profile dan CD demo band gue, karena tujuan utama malam itu adalah memberikan CD demo band gue ke sang basist Andro Nidji. Setelah menunggu beberapa lama kemudian
gue melihat mereka sedang berjalan kembali ke hotel gue pun ikut
bareng rombongan Nidji kembali ke hotel.
Sambil berjalan kaki menuju
hotel gue berjalan beriringan bersama 6 personil Nidji yang lain dan
malam itu gue ngerasa sebagai personil Nidji yang ke tujuh.
Sambil
jalan gue ngobrol bareng sama Andro sang basist Nidji sesekali gue memperhatikan aktivitas personil Nidji yang lain. Giring menyapa gue dengan super ramahnya, Ariel dengan gaya coolnya, Adri yang tampak pendiam, Rama yang terlihat sedang asik bercanda dengan sang kibordis Randy. Sesampainya
di hotel gue langsung kasi amplop coklat berisi CD demo band gue beserta profilnya ke Andro sang basist Nidji. Setelah bersalaman dengan semua personil Nidji gue pun berpamitan untuk pulang.
Pengalaman
tak terlupakan malam itu akhirnya gue ceritakan di salah satu bab di "Album" pertama gue (gue menyebut buku ini sebagai Album, walaupun gak pernah merilis Album musik, pada akhirnya gue bisa bikin sebuah karya tapi dalam bentuk buku), yang berjudul "Catatan Harian Musisi Galau (Love, Life and Music) Published by
@nulisbuku.
Buku itu berisi cerita tentang perjuangan gue untuk mewujudkan mimpi menjadi musisi yang sukses di dunia musik indonesia. Yang penasaran sama buku pertama gue silahkan klik link Di sini
My First Book
Malam setelah konser jam di tangan gue menunjukan pukul 1 pagi, gue berdiri sendiri di depan Citos sambil menunggu angkot yang akan mengantarkan gue menuju pulang ke rumah, ditemani rintik hujan dan euforia konser yang masih terngiang di otak gue.
Di dalam angkot yang sepi gue menyadari satu hal bahwa kemeriahan sebuah konser musik, hentakan lagu dan
koor para penontonnya bisa membuat para penonton menjadikan acara konser tersebut sebagai acara
konser musik yang tidak akan terlupakan sepanjang hidup mereka. Dari lubuk hati yang paling dalam, gue menobatkan konser Nidji di
Score Citos malam itu sebagai #KonserTerbaikGue.
2 comments:
Kereeen Bro tulisan dan pengalamannya. terus semangat dan sukses ya Bro.
btw udah label yang manggil belum ? klo belum aktifin aja upload video klip / lirik di youtube. biar jadi artis youtube dl bro, lumayan karya lo bisa dikenal dan klo viewers dan subscribenya banyak lo bisa dapat duit banyak dari youtube
Makasi banyak bro udah mampir ke blog gue.
Belum ada label yang manggil bro, iya sekarang emang label udah gak laku, sekarang pada fokus bikin video di youtube.
Mampir bro ke akun youtube gue nih --> https://www.youtube.com/user/TheRejiaqu/featured?view_as=subscriber
Post a Comment