Catatan Harian Musisi Galau

Catatan Harian Musisi Galau
My Second Book "Bride and Groom's Story

Wednesday 17 August 2016

Personil ke Tujuh Nidji #KonserTerbaikGue


  

Merinding adalah salah satu kata yang mau gue ungkapin saat gue bisa berada di backstage bareng musisi idola gue. Salah satu cerita seru #KonserTerbaikGue ini terjadi saat gue nonton konser band Nidji di Score Citos (Cilandak Town Square). Cita-cita terbesar gue adalah menjadi musisi yang sukses dan terkenal seperti Nidji, kesuksesan mereka di blantika musik Indonesia menjadi motivasi gue untuk sukses juga di dunia musik.

 
 Sumber foto : google
Pengalaman menonton konser Nidji yang tak terlupakan ini sebenarnya sudah lama terpendam dalam otak gue, dan ternyata saat gue liat timeline di twitter salah satu majalah musik terbesar di Indonesia yaitu Rolling Stone Indonesia sedang mengadakan kompetisi menulis dengan tema "Konser Musik".   

Sebagai musisi gagal yang akhirnya banting stir menjadi seorang penulis, gue merasa harus ikutan kompetisi menulis ini. Buat yang mau ikutan juga silahkan cek link ini ya guys --> Info Kontes Menulis 


 Writing Competition Rolling Stone Indonesia

Cerita itu berawal dari sini. Perjuangan untuk mewujudkan impian itu di mulai pada tahun 2002 silam, saat itu gue membentuk band dengan seluruh personil yang menetap di kota Bandung dan cuma gue yang berdomisili di Jakarta. Akhirnya setiap weekend gue berjibaku bolak balik Jakarta-Bandung  untuk bareng-bareng latihan di studio, akustikan sambil mencoba menciptakan beberapa buah karya lagu ciptaan sendiri.

Banyak pengalaman yang tak terlupakan selama gue bolak balik Jakarta-Bandung, gue tinggal di tempat kostnya gitaris band gue di kamar kost yang berukuran 3x2 meter itu menjadi tempat yang nyaman untuk gue menumpang makan, tidur, dan mandi. Di kamar yang berisi kasur, computer, gitar beserta sound ala kadarnya itulah kita berlima berkumpul berakustik ria, meting sekaligus bikin lagu sendiri.  

Selama di Bandung, band gue sering latihan di Graha studio di daerah Tubagus dan di studio itu juga Peterpan sering latihan, karena udah sering latihan gue pun mulai mencari event untuk band gue manggung sekaligus sebagai langkah awal kita untuk mewujudkan mimpi. 

Pertama kalinya band gue bikin demo lagu di Bandung bertempat di Kana Musik studionya Naff Band. Biaya untuk recording lagu itu kita ngumpulin dari duit masing-masing dan untuk biaya patungan itu gue ambil dari celengan yang gue punya isinya uang logam 500 rupiah. 

Sebelum recording celengan itu gue bawa ke Bandung, saat gue buka dan ternyata total duit yang ada di celengan itu 250 ribu akhirnya duit itu gue pergunakan sebagai biaya patungan recording dan biaya hidup selama gue recording di Bandung.

Setelah kita berhasil membuat demo akhirnya gue pulang ke Jakarta berjuang sendirian menawarkan demo band gue ke semua perusahaan rekaman yang ada di Jakarta. Mulai dari jalan kaki, kepanasan, keujanan, naek turun Bis semua udah gue lakukan untuk wujudkan impian gue supaya bisa sukses di dunia musik. 

Di Bandung temen-temen gue juga tidak tinggal diam berpangku tangan, mereka juga berusaha untuk mengirim demo lagu band kita ke beberapa radio di Bandung. Alhamdullilah lagu band gue menjadi playlist di beberapa Radio swasta terkenal yang ada di Bandung, dan salah satu lagu band gue  yang berjudul "Hanya Sebatas Teman” ciptaan gitaris gue pernah juga menjadi jawara selama 1 bulan di acara musik band indie di salah satu radio swasta terkenal di Palembang.  

Selain sibuk kuliah kegiatan gue di Jakarta adalah kerja sebagai SPB (Sales Promotion Boy) di toko sepatu yang terkenal di mall-mall Ibukota. Gue punya cara tersendiri untuk promosikan lagu-lagu band gue, di tempat kerja gue itu terkadang banyak artis dan musisi yang beli sepatu. Moment itu gue gunakan sebagai promosi demo lagu band gue, setelah mereka berbelanja sepatu, biasanya gue langsung memberikan sample CD demo band ke mereka. 

Salah satu artis yang pernah dateng ke toko gue adalah Dian Satrowardoyo. Sebagai fans garis keras gue gak mau melewatkan moment itu untuk sekedar minta foto bareng dengan salah satu artis Indonesia idola gue.

 
With Diandra Paramitha Sastrowardoyo

Di pertengahan tahun 2009, tepatnya di Senayan City, sebuah mall besar di selatan Jakarta, siang itu toko gue kedatangan salah satu musisi terkenal yang sedang naik daun yaitu Andro Basistnya Nidji yang sedang belanja sepatu di toko gue, dengan cekatan gue langsung mendekati, menyapa dan mulai melayani dia. 
 
Selesai belanja gue pun mulai membuka percakapan.

Mas basistnya band Nidji yah..??” kata gue sok akrab.

Iya… kok tau…??” Jawab dia ramah.

Iya mas, kan saya sering ngeliat di tivi” kata gue sambil nyengir di depan kasir.

 
 Andro Nidji (sumber foto : google)

Tanpa malu-malu langsung aja gue cerita ke dia gue kalo punya band dan mau menitipkan demo band gue ke dia supaya bisa membawa demo band gue ke label rekaman dia yang berlambang Monas itu.

Sebelum pulang dia kasi gue no hapenya di secarik kertas.

Kalo mau kasi demo band lo, langsung aja sms ke no ini ya”. Kata dia sebelum beranjak pergi dari toko gue.

Beberapa bulan setelah ketemuan gue coba kirim sms ke nomor hape dia untuk bikin janji kapan kira-kira waktu yang tepat supaya gue bisa ketemuan sama dia dan menitipkan demo band gue.

Gue coba memberanikan diri untuk sms dia

Bos, ini gue Rezy yang waktu itu mau nitip demo band gue, kapan kita bisa ketemuan, thanks”

sent.

Begitu sms itu terkirim, gue deg-degan nunggu balesan sms dari dia rasanya sama kaya mau ngajak gebetan buat nonton. Gak lama ada sms masuk balesan dari dia.

Iya bro, ntar aja ya, jangan sekarang gue lagi manggung sama Nidji di Makassar” Jawab dia singkat.

Dibales kaya gitu gue jadi ragu kira-kira bisa apa gak gue nitip demo band ke dia karena jadwal manggung promo dia sama Nidji lagi padat banget dan saat itu Nidji baru aja mengeluarkan album pertama.

Seminggu kemudian gue coba sms dia lagi, dia bales sms katanya lagi di Gorontalo karena penasaran gue coba sms lagi tapi lagi-lagi saat itu dia lagi di luar kota katanya dia lagi promo album di Surabaya.

Dan akhirnya kesabaran gue berbuah manis, beberapa bulan kemudian tiba-tiba dia sms gue dan kasi kabar ke gue kalo Nidji mau manggung di Citos Jakarta dan dia mengajak gue untuk ketemuan di sana. Gue seneng banget saat menerima balesan sms dari dia akhirnya gue siapin demo band gue beserta profilnya, sebelum berangkat gue kasi kabar ke temen-temen gue di Bandung sekalian minta doa restu dari mereka.

Sore itu ditemani hujan deras dan doa plus support dari personil band gue di Bandung, gue berangkat sendirian ke Cilandak naek mikrolet M19 dari pasar Kranji dan menyambung angkot lain menuju ke sebuah Mall yang terkenal di daerah Cilandak namanya Cilandak Town Square.

Sumber foto : google
Sampai di sana ternyata acara belum dimulai dan gue coba untuk sms dia berkali-kali, gue sms dia berkali-kali juga gak pernah ada balesan dari dia, gue mulai panik, keringet dingin, dan gue gak mau perjuangan gue kali ini gagal.

Setelah hampir satu jam lebih menunggu tanpa kepastian tiba-tiba dia sms gue dan mengabarkan sebentar lagi sampe ke venue. Hmm… finally jadi juga gue ketemuan sama dia. Gak lama dia sms gue ngajak ke backstage dan masuk ke dalam venue bareng personil Nidji yang lain. 

Malam itu gue merasa sebagai penonton yang paling beruntung karena bisa nonton konsernya Nidji tepat di depan panggung. Sesaat sebelum konser dimulai entah kenapa tiba-tiba lidah gue kelu, mata gue tidak berkedip, berdiri tepat di depan panggung konser salah satu band idola gue sukses bikin gue merinding hebat, kaki langsung gemetar, mungkin saat itu gue merasa takjub karena bisa menonton dari dekat konser musik salah satu musisi idola gue.

Lagu pertama dibuka dengan Breakthru musik yang upbeat ditambah aksi sang vokalis Giring yang bergerak maju ke bibir panggung mendekati penonton sukses membuat gelombang riuh teriakan histeris para Nidjiholic.

Next song para Nidjiholic kembali dihajar dengan lagu kedua yang berjudul Heaven, seolah-olah kita diajak menari indah menuju surga. Musik yang easy listening dan lirik yang mudah dihapal masih terngiang di kepala gue sampai saat ini walau sudah belasan tahun moment itu berlalu.  

Untuk menghangatkan suasana, di lagu selanjutnya Giring duduk manis di depan piano kemudian memulai intro lagu Manusia Sempurna dan para Nidjiholic pun ikut larut dalam iringan musik yang dibawakan oleh musisi idola mereka.  

Setelah memainkan beberapa buah lagu andalan di album pertamanya, sebagai lagu penutup Disco Lazy Time sukses mengajak para Nidjiholic untuk berdisko berjamaah di dalam Score Citos Cilandak. Gue pun gak mau ketinggalan untuk ikutan loncat-loncat di depan panggung mengikuti beat musik yang menjadi salah satu lagu terbaik dari Nidji yang sukses membawa nama mereka menjadi band pendatang baru yang patut diperhitungkan di blantika musik Indonesia.

Sayang sekali gue gak bisa mengabadikan moment-moment indah saat konser malam itu, karena handphone gue saat itu hanya nokia jadul yang cuma bisa digunakan untuk nelpon sama smsan. 

Selesai konser gue langsung menuju pintu yang menghubungkan ke ruangan artis, gue menunggu di dekat dapur sambil memegang erat amplop coklat berisi profile dan CD demo band gue, karena tujuan utama malam itu adalah memberikan CD demo band gue ke sang basist Andro Nidji. Setelah menunggu beberapa lama kemudian gue melihat mereka sedang berjalan kembali ke hotel gue pun ikut bareng rombongan Nidji kembali ke hotel. 

Sambil berjalan kaki menuju hotel gue berjalan beriringan bersama 6 personil Nidji yang lain dan malam itu gue ngerasa sebagai personil Nidji yang ke tujuh.

Sambil jalan gue ngobrol bareng sama Andro sang basist Nidji sesekali gue memperhatikan aktivitas personil Nidji yang lain. Giring menyapa gue dengan super ramahnya, Ariel dengan gaya coolnya, Adri yang tampak pendiam, Rama yang terlihat sedang asik bercanda dengan sang kibordis Randy. Sesampainya di hotel gue langsung kasi amplop coklat berisi CD demo band gue beserta profilnya ke Andro sang basist Nidji. Setelah bersalaman dengan semua personil Nidji gue pun berpamitan untuk pulang. 

Pengalaman tak terlupakan malam itu akhirnya gue ceritakan di salah satu bab di "Album" pertama gue (gue menyebut buku ini sebagai Album, walaupun gak pernah merilis Album musik, pada akhirnya gue bisa bikin sebuah karya tapi dalam bentuk buku), yang berjudul "Catatan Harian Musisi Galau (Love, Life and Music) Published by @nulisbuku

Buku itu berisi cerita tentang perjuangan gue untuk mewujudkan mimpi menjadi musisi yang sukses di dunia musik indonesia. Yang penasaran sama buku pertama gue silahkan klik link Di sini  

 
 My First Book

Malam setelah konser jam di tangan gue menunjukan pukul 1 pagi, gue berdiri sendiri di depan Citos sambil menunggu angkot yang akan mengantarkan gue menuju pulang ke rumah, ditemani rintik hujan dan euforia konser yang masih terngiang di otak gue. 

Di dalam angkot yang sepi gue menyadari satu hal bahwa kemeriahan sebuah konser musik, hentakan lagu dan koor para penontonnya bisa membuat para penonton menjadikan acara konser tersebut sebagai acara konser musik yang tidak akan terlupakan sepanjang hidup mereka. Dari lubuk hati yang paling dalam, gue menobatkan konser Nidji di Score Citos malam itu sebagai #KonserTerbaikGue.

2 comments:

Unknown said...

Kereeen Bro tulisan dan pengalamannya. terus semangat dan sukses ya Bro.
btw udah label yang manggil belum ? klo belum aktifin aja upload video klip / lirik di youtube. biar jadi artis youtube dl bro, lumayan karya lo bisa dikenal dan klo viewers dan subscribenya banyak lo bisa dapat duit banyak dari youtube

Rezy Bardinal Latif. S.E said...

Makasi banyak bro udah mampir ke blog gue.

Belum ada label yang manggil bro, iya sekarang emang label udah gak laku, sekarang pada fokus bikin video di youtube.

Mampir bro ke akun youtube gue nih --> https://www.youtube.com/user/TheRejiaqu/featured?view_as=subscriber